Seperti apa potret Orang Muda Katolik saat ini? Banyak hal yang dapat kita
refleksikan mengenai keberadaan orang muda ini. Namun dalam refleksi itu tidak
serta merta menjawab semua persoalan yang dialami orang muda masa kini.
Beberapa hal praktis yang boleh dikemukakan adalah bahwa orang muda bisa eksis
karena kuantitasnya? Kwalitansnya? Atau karena hal lain.
Namun siapakah yang disebut sebagai orang Muda Katolik itu? Adalah bahwa
mereka yang telah dibabtis dalam Gereja Katolik dan umurnya berkisar antara 13
hingga 35 tahun. Dan tentunya belum dikategorikan sebagai orang yang telah
menikah. Karena jangkauan yang begitu
luas, maka ada begitu banyak wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
berkumpul. Wadah OMK itu memang banyak. Mereka ada di tingkat teritorial
paroki, yang sekarang biasa disebut OMK Paroki. Di paroki pun, mereka berkumpul
pada komunitas OMK wilayah dan lingkungan. Selain lingkup teritorial, mereka
berada di dalam wadah yang kita sebut lingkup kategorial, yang berkumpul
berdasarkan kesamaan bakat, devosi dan minatnya. Kita mengenal kelompok seperti
Choice, KKMK (Kelompok Karyawan Muda Katolik), Komunitas Lajang Katolik, New
Heart Community (Komunitas Single Katolik Yang Mendalami Spiritualitas Hati
Kudus Yesus), Corpus Cordis, dan masih banyak lainnya. Namun ada juga kelompok
orang muda katolik yang tidak berada di dua lingkup ini. Kita bisa menyebut
kelompok seperti KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa
katolik Republik Indonesia) dan Pemuda Katolik. Jika dibagi dalam dua kategori
besar, maka komunitas Orang Muda Katolik bisa kita pilah jadi dua: yaitu yang
parokial dan ekstra parokial. Yang parokial, mencakup teritorial dan kelompok
kategorial, sementara yang ekstra parokial menunjuk pada PMKRI, Keluarga
Mahasiswa katolik, dan Pemuda katolik.
Menyadari akan eksistensi Orang Muda
Katolik, saya sudah membayangkan betapa ‘modal’ Orang Muda Katolik Indonesia
sangat besar. Silahkan diartikan sendiri, jika modal yang besar ini
sungguh-sungguh dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin gaung dan gema
mereka pun akan besar. Misi besar Gereja mewartakan Kerajaan Allah di dunia,
bukan tidak mungkin menjadi kian terasa dengan gerak orang muda katolik seperti
ini.
Namun
memasuki era globalisasi yang kian menggila, OMK dalam kiprahnya sebagai Orang Muda terkadang tidak bisa
melepaskan diri dari pergolakan hidup kemudaannya. Dengan antusiasme dan bahkan
ambisi pribadi Orang Muda bisa melakukan segala sesuatu yang dianggap penting
untuk mencari jati dirinya. Upaya pencarian jati diri inilah bisa menjerumuskan
Orang Muda ke dalam sebuah pergulatan batin yang hebat. Sebagai contoh sikap tidak peduli OMK atau masah bodoh dengan semua
kegiatan kegerejaan baik di dalam maupun di luar lingkup Gereja. Sikap tidak
peduli ini menjadi sorotan masyarakat umum. Bahkan kini lahir individualisme
kaum muda yang semakin menjadi parasit ditubuh OMK sendiri.
Akibatnya timbul
berbagai persoalan/masalah-masalah sosial seperti penurunan perilaku Moral,
kesenjangan sosial, ketidakadilan, nasionalisme, dan kepekaan terhadap
lingkungan serta pengkhianatan terhadap imannya. Sulit memang mengubah
pemikiran dan sikap acuh orang muda saat ini ditengah-tengah kenyamanan hidup
serta serbuan berbagai macam hal instan di abad 21. Tidak akan bisa semua OMK
mau dan peduli dengan keadaan di dalam dan diluar gereja apabila perilaku OMK
masih mencerminkan sikap apatis.
Melihat realita yang ada
OMK telah terjerumus dalam sebuah dinamika kehidupan yang serba instan. OMK
semakin tergerus imannya oleh arus perputaran zaman yang kian menggila. Hal ini
bila tidak diatasi sekarang, maka harapan Gereja dalam membangun iman umatnya
ke depan akan rapuh lantaran OMK sebagai tulang punggung Gereja masa depan
dipatahkan. Karena itu, ada tiga pilar
utama dalam membangun militansi kaum muda yaitu:
1. Mempersembahkan
Tubuh
Rasul Paulus berkata: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.”(Roma 12:1) Wujud konkrit mempersembahkan tubuh itu adalah
bagaimana melayani sesama dan melayani TUHAN atau pekerjaan TUHAN.
2. Hadir Dalam
Peribadatan.
Pemazmur berkata: “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena
hukum-hukum-Mu yang adil.”(Maz 119:164). Realisasinya adalah bahwa
apapun kegiatannya yang berkaitan dengan keimanan kita perlu hadir demi
pematangan keimanan.
3. Melakukan Firman-Nya
Kita mengenal istilah logos dan rema.
Logos adalah firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab. Tetapi rema adalah perwujudan
firman itu di dalam diri kita atau di dalam tubuh kita dan mewarnai tingkah
laku kita. Surat Yakobus menulis: “Demikian juga halnya dengan
iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya
adalah mati.”(Yak 2:17) “Tetapi firman ini sangat dekat
kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.”(Ul
30:14) “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman
dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri
sendiri.”(Yak 1:22)
Walaupun dengan adanya tiga pilar utama di
atas Orang Muda Katolik tidak serta merta keluar dari gurita persoalan sosial
yang membelenggunya. Namun perlu adanya pembinaan iman OMK yang menuntut
pengorbanan yang tinggi dan komitmen yang terus menerus dari para pembinanya. Pembinaan ini sesungguhnya harus mengambil
kekuatannya dari Kristus sendiri yang hadir dalam sakramen- sakramen, terutama Sakramen
Ekaristi dan Sakramen Tobat. Tentunya, semua ini harus didasari oleh
katekese yang baik kepada OMK, sehingga mereka dapat mengetahui manfaat yang
luar biasa yang dapat mereka peroleh dari rahmat Tuhan yang tersedia bagi kita
semua melalui doa, Sabda Tuhan, dan terutama melalui sakramen- sakramen, yang
bersumber pada Misteri Paska Kristus.
Membangun kaum muda harus di mulai dari dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Karena keluarga merupakan peletak dasar iman yang kuat.
BalasHapus