Hidup kita
adalah sebuah perjalan pulang. Kita sering mengibaratkan kehidupan ini sebagai
satu perjalanan panjang. Seperti apakah perjalanan panjang itu kita maksudkan
dan dalam nuansa manakah perjalanan panjang itu kita refleksikan? Hal ini amat
bergantung dari pengalaman hidup kita baik pribadi maupun bersama. Di sini pada
moment ini, saya mengajak kita semua untuk melihat perjalanan panjang itu
sebagai satu perjalanan pulang kembali ke rumah Bapa.
Sebagai
orang beriman kita percaya bahwa baik hidup maupun mati ada dalam tangan Tuhan.
Tidak seorang pun bisa menunda kematiuannya di luar kehendak tuhan. Kita
percaya bahwa hidup kita adalah hadiah dari Tuhan yang haruis diterima dan
dimanfaatkan. Dan bila tiba saatnya Tuhan mau mengambil kembali hidup ini tak
seorangpun sanggup untuk menahannya. Kita tidak berhak atas hidup kita untuk
diperpanjang atau diperpendek satu dua jam lagi. Maka bila tiba waktunya kita
harus dengan rela menyerahkan kembali
hidup ini kepada Tuhan sebagai pemilik dan pemberi hidup itu sendiri. Karena
itu peristiwa kematian tidak perlu dikait-kaitkan dengan dosa, sebab berdosa
atau tidak berdosa kita akan tetap mati. Tapi Tuhan mengambil kembali hidup ini
bukan untuk dimusnahkan tetapi mau diperbaharui dan didekatkan pada diriNya
sebagai sumber kehidupan. Maka tidak perlu kita merasa takut dan terancam
dengan kematian yang akan mengakhiri hidup kita.
Injil yang
baru saja kita dengarkan tadi bisa memberikan jawaban atas misteri kematian
yang sering menakutkan itu. Lewat perumpamaan tentang biji sesawi yang
ditaburkan di tanah, Yesus ingin mengajarkan kepada kita hakikat dan nilai dari
suatu kematian, serta apa itu kematian bagi Allah. Lewat perumpamaan ini Yesus
ingin menjelaskan kepada para pendengarnya tentang kerajaan Allah. Kerajaan
Allah seumpama biji sesawi yang ditaburkan dalam tanah. Berarti usaha Yesus
untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini pada mulanya dilihat sangat
kecil, malah tidak nampak untuk dibayangkan. Namun setelah Ia wafat dan
bangkit, benih karyaNya itu justru menampakan kerajaan Allah yang meluas ke
seluruh dunia. Benih itu harus ditaburkan, mati kemudian tumbuh dan
menghasilkan buah yang baru. Demikian rahasia kebangkitan. Namun orang yang
tidak percaya akan kebangkitan melihat melihat kematian sebagai akhir dari segalanya.
Bapak/ibu/saudara/I
yang terkasih dalam Kristus…….dari misteri kematia Kristus menjadi jelas bahwa
kematian bukanlah tanda berakhirnya hidup, melainkan mulainya hidup baru. Suatu
hidup yang punya daya dan pengruh jauh lebih kuat, lebih besar dan lebih lebat
daripada hidup sebelumnya. Kematian sebagai syarat hidup baru bersama Tuhan.
Misteri wafat dan kebangkitan Kristus menjadi dasar dan alasan bagi kita untuk
melihat kematian sebagai satu bentuk hidup baru dalam kedekatan dengan Allah
sebagai pemilik hidup kita. Karena itu kematian bukan suatu kehancuran, bukan
malapetaka atau bencana yang merenggut hidup dari sesama. Maka tidak ada alasan
untuk marah atau membenci Tuhan. Karena hidup kita bukan berasal dari diri kita
sendiri tetapi diberikan oleh Allah. Maka Ia berhak untuk mengambil kembali
hidup itu. Namun Ia mengambilnya bukan untuk dimusnahkan tetapi untuk
didekatkan pada dirinya sebagai sumber kehidupan. Ia memberi hidup surgawi
kepada setiap orang yang percaya kepadanya. Karena itu marilah kita menyerahkan
hidup kita kepada Allah sebagai pemilik dan pemberi hidup. Semoga amal bakhti
saudara….diterima di sisiNya. Selamat jalan sampai jumpa di jalan yang sama di
rumah Bapa. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar