1. Arti
dan Makna Gereja
Gereja Katolik adalah
Gereja yang benar, yang didirikan oleh Yesus Kristus, yang para anggotanya
saling dipersatukan dalam ikatan persekutuan rohani: setia kepada Paus serta
para uskup yang bersatu dengannya, satu dalam iman dan kepercayaan, satu dalam
perayaan ibadat. Gereja merupakan misteri, sakramen keselamatan dan Umat Allah
yang dalam perjalanan ziarah bersama menuju kehidupan kekal.[1]
Kata Gereja
berasal dari bahasa Protugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani:
εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek=
keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil);
kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia) memiliki beberapa arti:
· Arti
pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen.
Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen.
Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. Gereja (untuk arti yang
pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari rayaPentakosta,
yaitu ketika Roh Kudus yang
dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.
· Arti
kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuanibadah umat Kristen.
Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat
rekreasi.
· Arti
ketiga ialah mazhab (aliran)
atau denominasidalam
agama Kristen. Misalnya: Gereja Katolik,
GerejaProtestan,
dll.
· Arti
terakhir adalah sebuah “rumah ibadah” umatKristen,
di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.
Pemahaman tentang
Gereja juga bisa dilihat dalam arti rohani dan arti fisik. Berdasarkan artinya
itu, maka Gereja adalah:
a. Arti
Rohani:
· Umat
yang dipanggil Tuhan
· Persekutuan
semua orang di seluruh dunia yang percaya akan Yesus Kristus itu Putra Allah
dan satu-satunya Penyelamat kita.
· Himpunan
yang didalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus (
bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9 ).
· Himpunan
orang-orang yang digerakan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni berhimpun
bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh
Kristus menjadi Tubuh Kristus.[2]
b. Arti
Fisik; bangunan tempat ibadah persekutuan Umat yang beriman kepada
Kristus.
Bagi Paulus, Gereja
adalah jemaat setempat namun juga mempunya arti universal. Karena itu, didalam
jemaat setempat terwujudlah Gereja Allah. Dalam pemahaman gereja Paulus, orang
tidak pergi ke Gereja untuk beribadat. Perayaan bersama adalah Gereja, oleh
karena perayaan itu tidak lain dari pada “berkumpul sebagai jemaat” orang tidak
berkumpul untuk ibadah atau untuk taurat. Hidup jemaat dalam kondisi
persaudaraan yang bertujuan untuk komunikasi iman, saling meneguhkan dan
menguatkan iman.[3]
2. Sejarah
Singkat Tentang Gereja (khususnya Indonesia)
Sejarah Gereja
Katolik meliputi rentang waktu selama hampir dua ribu tahun. Sejarah Gereja
Katolik merupakan bagian integral Sejarah kekristenan secara keseluruhan.
Istilah Gereja Katolik yang digunakan secara khusus untuk menyebut Gereja yang
didirikan di Yerusalem oleh Yesus dari Nazaret (sekitar tahun 33 Masehi) dan
dipimpin oleh suatu suksesi apostolik yang berkesinambungan melalui Santo
Petrus Rasul Kristus, dikepalai oleh Uskup Roma sebagai pengganti St. Petrus,
yang kini umum dikenal dengan sebutanPaus.
"Gereja
Katolik" diketahui pertama kali digunakan dalam surat dari Ignatius dari
Antiokhia pada tahun 107, yang menulis bahwa: "Di mana ada uskup,
hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja
Katolik hadir di situ."
Sejarah perkembangan
Gereja dibagi menjadi 4 tahap antara lain:
· Masa
Yesus: kehadiran Yesus di dunia adalah sebagai awal lahirnya Gereja.
Perkembangan gereja pada masa ini tampak dari percakapan Yesus dan
Petrus: "Sebab itu ketahuilah, engkau Petrus, batu kuat. Dan
diatas alas batu inilah aku akan membangun gereja-Ku yang tidak dapat
dikalahkan: sekalipun oleh maut!" ( bdk Mat 16:18).
· Masa
Para Rasul: Perkembangan gereja pada masa ini sampai pada tahap
mendirikan perkumpulan Jemaat Perdana yang juga disebut Gereja
Perdana. Mereka selalu bertekun pada ajaran para Rasul, berkumpul, berdoa, dan
memecahkan roti bersama. Mereka menganggap segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama. Mereka juga membagikan harta sesuai dengan keperluan. Yang
paling berperan di masa ini adalah St. Petrus. Setelah Yesus wafat, Petrus
menjadi sosok yang beriman dan pemberani.
· Masa
Sesudah Para Rasul: Masa ini Gereja sudah berpusat di Roma, tempat
wafatnya St.Petrus. Pemimpin gereja yang pertama adalah St.Petrus. Penerus St.
Petrus disebut "Uskup Roma" atau "Paus".
· Masa
Sekarang (di Indonesia):[4]Sejarah Gereja Katolik di Indonesia
berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang
menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang
di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534
setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar
Portugis.
Salah satu pendatang
di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai
1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis
beberapa ribu penduduk setempat. Beberapa era sejarah Katolik yang ada di
Indonesia sebagai berikut:
a. Era
VOC
Sejak kedatangan dan
kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Indonesia tahun 1619-1799,
akhirnya mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia, Gereja Katolik dilarang
secara mutlak dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk VOC
yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC
beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang berkebangsaan
Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestan dari Belanda.
Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, seperti yang terjadi
dengan komunitas-komunitas Katolik di Amboina.
Imam-imam Katolik
diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan VOC. Pada
1924, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman
pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar agama dan
merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes,
seorang Yesuit Perancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi hukuman berupa
menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di bawah
tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A.
de Rhodes diusir (1646).
Yoanes Kaspas Kratx,
seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya dipersulit oleh
pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam
Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat
Jesus dan meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18
Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Perancis dan Britania Raya bersama
sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak
Perancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan
kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Lodewijk
atau Louis Napoleon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC
bangkrut dan dinyatakan bubar.
b. Era
Hindia-Belanda
Perubahan politik di
Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk, seorang Katolik, membawa
pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah. Pada
tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja
Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia.
Pada tanggal 4 April
1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Jacobus
Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek
Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral
Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah Hindia
Belanda. Kebebasan beragama kemudian diberlakukan, walaupun agama Katolik saat
itu agak dipersukar. Imam saat itu hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak
9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun
1889, kondisi ini membaik, di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah
Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.
c. Van
Lith
Misi Katolik di
daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada
tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan
tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang
datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga
pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 178 orang
dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak di antara dua batang pohon
Sono. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga
mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool di tahun 1900 dan
Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) di tahun 1904. Pada tahun 1918
sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu Yayasan Kanisius.
Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas siswa Muntilan. Pada
permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
Pada 1911 Van Lith
mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon generasi pertama dari tahun
1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1926 dan 1928, yaitu Romo
F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb. Soegijapranata, SJ.
d. Era
Perjuangan Kemerdekaan
Albertus
Soegijapranata menjadi Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun
1940. Tanggal 20 Desember 1948 Romo Sandjaja terbunuh bersama Frater Hermanus
Bouwens, SJ di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan
Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda
II. Romo Sandjaja dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah Gereja Katolik
Indonesia.
Mgr. Soegijapranata
bersama Uskup Willekens SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan
berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.Banyak
di antara pahlawan-pahlawan nasional yang beragama Katolik, seperti Adisucipto,
Agustinus (1947), Ignatius Slamet Riyadi (1945) dan Yos Sudarso (1961).
e. Era
Kemerdekaan
Kardinal pertama di
Indonesia adalah Justinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni
1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia.
Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).
Paus Paulus VI
berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II
mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan
(Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY), Maumere (Flores) dan Dili
(Timor Timur).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar